Berkunjung ke Solo untuk kesekian kali…dan kali ini saya ditemani oleh fellow old building and history aficionado mas Halim Santoso (IG @halimsantoso) too many things that I would love to share, however let’s start from Puro Mangkunegaran
Puro Mangkunegaran dibangun pada tahun 1757 oleh pendiri Dinasti Mangkunegaran, Raden Mas Said atau Pangeran Sambernyawa which is Mangkunegara I.
Memiliki gaya arsitektur Jawa & Eropa, Puro Mangkunegaran memiliki pendapa terbesar di Indonesia, dan dibangun dengan struktur keraton Jawa pada umumnya yang terdiri dari pamédan, pendapa, pringgitan, dalem, dan keputrèn.
Kunjungan kemaren cukup berbeda karena teman saya Halim Santoso menunjukkan bagian lain dari Puro Mangkunegaran yang biasanya tidak dilewati oleh tour pada umumnya, yakni bagian luar dr tembok Puro Mangkunegaran.
Ada dua bangunan cantik, sayangnya salah satu bangunan nyaris runtuh, padahal kedua bangunan ini sangat erat kaitannya dengan tradisi Puro Mangkunegaran, menurut teman saya, dalam tradisi Dinasti Mangkunegaran, sebelum seseorang menjadi Raja/Adipati mereka akan melalui tiga proses atau tahapan yang setiap tahapan memiliki tempat tersendiri, bangunan pertama, Bale Putro adalah rumah atau mansion yang diperuntukkan bagi Putra Mahkota pewaris takhta ketika masih belum cukup dewasa untuk tinggal sendiri sehingga harus tinggal dekat dengan Ibu nya, dibawah ini adalah foto yang Saya dapatkan ketika mengunjungi Bale Putro, bangunan cantik ini nyaris runtuh, lantai indah mulai memudar bahkan tertutup kotoran, ceiling hampir runtuh dan hanya menyisakan daun pintu yang masih terlihat cantik pada masa nya, bahkan patung dada marmer mendiang KGPAA Mangkunegara VII tergeletak begitu saja,very sad indeed,otherwise it would be such a great Crown Prince’s mansion.
Setelah Putra Mahkota berumur dewasa dan menikah maka beliau akan pindah ke bangunan sebelahnya yang bernama Prangwedanan, it’s really next to Bale Putro, they even have their own passage connecting to this great mansion, this building rather well-maintained, looks like on monthly basis they use this Pendapa for some traditional dance activities, great example of Javanese mansion, with those deep green and golden leaves details here and there, the downside would be that I found another great statue of KGPAA Mangkunegara VII just opposite this building, terlihat tidak terurus dan berkarat.
However,I am in love with the two paintings hanging in Pendapa, the painting of KGPAA Mangkunegara VII reigned from 1916 to 1944, dianggap sebagai raja modern dan membawa banyak modernisasi di wilayah Praja Mangkunegaran, dan lukisan lain adalah lukisan dari istri beliau yakni Gusti Kanjeng Ratu Timur Mursudariyah(famously named GKR Timur), they are the parent of the infamous and beautiful Princess called Gusti Nurul Kamaril.
Once again, Puro Mangkunegaran is such a beautiful heritage building in Solo, one of the most well-maintained one, here’s a glimpse…
