One of those proper museum in Indonesia owned by Bank Indonesia, dibuka menjadi museum pada 2006, dengan ide memperkenalkan sejarah perbankan di Indonesia khususnya Bank Indonesia dan melestarikan bangunan cagar budaya milik Bank Indonesia!
Berada di Kota Tua Jakarta, hampir tepat di depan Stasiun Jakarta Kota, museum ini memiliki gedung indah khas masa kolonial.
Tepat di lokasi ini, dahulu berdiri sebuah rumah sakit Binnenhospitaal yang berdiri pada 1643, setelah hampir 160 tahun kemudian rumah sakit ini tutup pada 1808, kemudian pada 1828 gedung kuno bekas rumah sakit ini disewa oleh De Javasche Bank, tepat pada tahun dimana De Javasche Bank ini didirikan (24 Januari 1828), berselang 2 tahun pada 1830 rumah sakit ini dibeli oleh De Javasche Bank seharga 45,000 Gulden.
Setelah 80 tahun menempati bekas Binnenhospital, kemudian de Javasche Bank mulai melakukan perombakan pada bangunan lama, dimulai dengan beberapa tahap, pada 1910 kemudian 1922 dan terakhir di 1933, sebelum dilakukan perombakan, G. Vissering (Presiden Direktur De Javasche Bank) menunjuk Eduard Cuypers sebagai arsiteknya pada 1909, bukan hanya memikirkan secara arsitektural tetapi juga bagaimana arsitektur gedung De Javasche Bank ini menjadi identitas baru di seluruh Hindia Belanda ketika itu, bangunan yang sekarang ini adalah hasil dari perombakan terakhir di tahun 1930an tersebut, dengan ornamen tambahan khas bernuansa Nusantara.

Di lihat dari gambar dari sumber seperti Troppenmuseum/KITLV dibagian tengah terdapat menara dan facade nampak lebih tinggi dengan bagian depan tanpa portico, dan nampak nya akses ke dalam gedung di dari dua pintu besar di kanan kiri dengan kanopi melengkung (photo dibawah dari koleksi Troppenmusem kemungkinan diambil sekitar 1920an, masih dengan desain awal).



Secara keseluruhan identitas bangunan De Javasche Bank ini dikerjakan oleh Biro Arsitek Architecten Bureau Ed. Cuypers & Hulswit seperti terlihat di sebuah plakat di area pintu masuk utama menuju tangga tepat ditengah bangunan, jangan lupa untuk mencari plakat berbahan keramik ini ya 🙂

Mari kita mulai perjalanan mengagumi arsitektural Museum Bank Indonesia ini dari bagian exterior.










Exterior gedung bekas De Javasche Bank ini memiliki desain khas klasik kolonial, yang menarik adalah beberapa bagian memiliki ornamen tambahan khas Nusantara, seperyi ukiran Kala misalnya, dan berbagai ornamen flora lain yang mengadaptasi budaya Nusantara khususnya Jawa (?), bangunan kokoh ini memiliki inner court terbuka, I do not mind going back again & again to visit and admire the architecture of this building.
Bagian lobby, terletak di tengah bangunan, ketika memasuki bangunan ini akan disambut tangga dengan railing besi dan pilar keramik glasur, indah sekali, dan ketika kita menengok ke belakang akan terlihat deretan kaca patri indah, menurut catatan di MuBI, ada sekitar 314 kaca patri di gedung ini dan semua dibuat di atelier Jan Schouten, Delft, Negeri Belanda pada 1922 – 1935, permukaan kaca dibuat tidak teratur, untuk membiaskan warna terutama ketika cahaya matahari menerpa bagian gedung.












Jendela dengankaca patri lain adalah di salah satu sayap bangunan tepatnya di tangga penghubung dari lantai satu ke lantai 2, terdapat kaca patri Dewa Hermes dibagian tengah atas dan dibagian bawah terdapat keterangan berdirinya De Javasche Bank – De Javasche Bank Opgericht Anno 1828, kemudian terdapat 3 lambang kota dimana De Javasche Bank ini berdiri – SOERABAJA (Surabaya) – BATAVIA – SAMARANG (Semarang), indah sekali.




Nah tepat di sebrang kaca patri ini (perhatikan) ada sebuah tugu terbuat dari batu marmer bertuliskan bahasa latin – SEDULA PROPELLIT COLUMENQUE DECUSQUE MINISTRAT ARGENTARIA DUX ARTIBUS ATQUE COMES – artinya : “Bank yang aktif mendirikan tiang-tiang dan menjunjung seni hiasmenjadi pelopor pendukung kesenian”, totem berbahan marmer merah mudah ini menandakan penghargaan kepada De Javasche Bank yang sudah bisa menghadirkan identias sebuah lembaga perbankan dengan indah, totem ini didirikan pada 1922, di masa renovasi kedua bagi gedung ini.




Ruangan pertama yang akan dimasuki pengunjung adalah area yang pada masa lalu merupakan area teller, terdapat ruangan-ruangan kecil berjeruji untuk keperluan penyetoran para nasabah, tempat duduk built-in menarik buat diperhatikan termasuk meja yang menempel di dinding, juga ornamen kaca patri pola kotak sederhana tapi kaya akan warna!













Lorong-lorong panjang terbuka menghadap ke inner court, dihiasi pilar-pilar tinggi dan dibeberapa pilar terdapat ornamen berupa keramik berglasur, hal yang jangan dilupakan untuk diperhatikan ketika mengunjungi Museum Bank Indonesia ini.








Satu bangunan yang besar dan indah adalah Green Room, yang pada awalnya merupakan bagian dari Binnenhospitaal ketika pertama kali De Javasche Bank menempati gedung ini, dan sejak dahulu memang gedung ini menjadi ruang rapat direksi, perhatikan sebuah built-in jam di dinding dibagian tengah, indah sekali, tertanda tahuan 1828 – 1928 peringatan 80 tahun De Javasche Bank, mengapa hijau dan mengapa keramik? Semua ini menjadi masuk diakal ketika membaca keterangan di dalam ruangan ini, green color gave those soothing effects, dan tentu keramik berglasur ini memiliki efek pendingin ruangan selain atap yang tinggi dan bovenlicht/ventilasi udara dengan ornamen kaca patri, coba sentuh dinding ruangan ini, adem! Renovasi ruangan ini dilakukan pada tahap kedua di tahun 1922, dan berdasar catatan dahulu di ruangan ini terdapat lukisan besar Ratu Wilhelmina dan Presiden Direktur De Javasche Bank yang sedang menjabat.







Hal yang menarik di Green Room ini adalah deretan kaca patri di bovenlicht/ventilasi udara, dengan highlight berbagai simbol dari hasil bumi di Hindia Belanda yang ketika itu menjadi komoditas utama dan tentu menjadi alat pemasukan bagi Pemerintah Hindia Belanda sang penguasa di Nusantara, apa saja simbol tersebut? SAGU (Sago) – NILA (Indigo) – KAPAS (Katoen) – GULA (Suiker) – PISANG (Bananen) – COKELAT (Cacao) – KOPI (Koffie), sayang dalam perkembangannya beberapa simbol atau kaca patri ini rusak, sehingga diganti dengan kaca berwarna merah (kosong tanpa gambar) dan belum sempat terdokumentasikan, masih dalam penelitian pihak Museum Bank Indonesia!










Pengunjung selain akan memasuki ruang display berbagai artefak, juga akan melewati berbagai ruangan yang memang dahulu berfungsi sebagai kantor, betapa kantor di masa lalu di desain dengan sangat thoughtful, seperti built-in cabinets, kapstok (gantungan baju), hingga hidden wash basin alias wastafel tersebunyi di dalam salah satu kabinet/lemari, tentu dengan sentuhan kaca patri indah walaupun berbentuk sangat sederhana tanpa pola, alias polosan.











Bagian akhir dari perjalanan di MuBI ini adalah area dimana dahulu merupakan area yang sama dengan ketika kita memulai perjalan menyusuri bangunan ini yakni area teller, hanya saja di area akhir terdapat area display tentang seluk-beluk bangunan ini, seperti maket gedung, ornamen, kisah tentang arsitek, dan kemudian kita akan masuk ke area cinderamata yang merupakan area teller pada masa lalu, perhatikan bagian jeruji dan bagian dinding juga kaca patri disini, indah sekali.
De Javasche Bank yang merupakan cikal bakal Bank Indonesia (Central Bank of Indonesia), Museum Bank Indonesia (MuBI) buka setiap hari keculai hari Senin dan hari libur nasional, dari jam 08.00 – 15.00 dan ada waktu jeda jam 12.00 – 13.00, dengan hanya membayar IDR 5000 kita bisa melihat dan terutama buat saya adalah mengagumi arsitektur bekas De Javasche Bank ini, precious indeed!
Foto dibawah berasal dari koleksi Troppenmuseum, gedung De Javasche Bank di Batavia 3 tahun setelah selesai tahap revonasi terakhir, pretty much the building you will see today if you are visiting the Museum Bank Indonesia!

Berbagai data dan cerita dikumpulkan dari berbagai sumber termasuk Museum Bank Indonesia.
#museumbankindonesia #mubi #bankindonesia #eduardcuypers #fermontcuypershulswitt #hindiabelanda #dutchcolonialbuilding #museum #musee #arsitektur #architecture #heritagebuilding #saveheritage #bangunancagarbudaya #architecturephotography #traveling #travel #traveler #travelphotography #travelgram











































































