Weekend is Always a Good Idea

Canggu Boy on the weekend

I do longing for weekends every single weeks…I love to daydream, wander around the island (well mostly Seminyak, Canggu area) and just hit some cafes and start to daydream…

Last couple of weekends were busy as I have best friends coming over and some of them also stay at my pad yeayyy…

In Bali, every weekend you’ll discover new places, or sometimes and for me in particular I can always “found” another story even though you went to the same place, perhaps that’s what I called now “comfort place” in Bali, speaking of which, Yamuna Homemade Pastry & Dietry is one of those “comfort place” for myself, I know is super far from where I am staying now which is in Bukit Ungasan and Yamuna located in Umalas/Bumbak area closer to Canggu…Jauh banget!

Located on Jalan Tegal Cupek II, the best way to reach this place is from Umalas II then you turn right to Bumbak Dauh, just go straight ahead and you’ll reach those small street, or if you need a map try to locate The Kahyangan Dreams Umalas as this place just across the villa :), Yamuna only opens its door every weekend (Fri – Sun) from 12 PM till around 7 PM however depends on the guests or the lovable owner can be longer…unless if he is tired and need to go to bed soon then they closed at 7 PM 🙂

Tucked in behind a traditional Indonesian door called “gebyog” once you stepped in you’ll find a water healing sound therapy and lush small garden with chairs and tables in every corner, I did make a count and it fit for 12 guests 🙂 the main building is a knockdown wooden house, on the first floor is the area where you can order the cakes and tea and kitchen where they made the heavenly sweets, while (oh this one is such a dreamy concept) the second floor is a private area for the owner, it’s his bedroom too.

If you like all things sweets, you most probably love this place, I, myself love their cake called Early Pillow and Snickers, they do not serve coffee they only serve tea and they do have TWG, yeap TWG, not so many tearoom in Bali and this one can be your option! (IG : @yamunapastry)

Last Saturday, I was also bringing my besties to hangout in Canggu, first stop a brunch at MyWarung, a cool warung serve mainly western food but they do also have great Nasi Goreng with Michelin Star Chef, and also own by friends of mine, a pretty laidback dining place with great food I might say, hey have indoor and outdoor seating area, just pick whether you want to have a cooler air from aircon or just sitting outside while people’s watching and mobil mobil dan motor motor watching lah 🙂

I love their Nasi Goreng, K Burger and L’Entrecote, MyWarung is located on Jalan Subak Sari No. 80 in Canggu just after the Desa Seni Resort on the right hand side if you are coming from Petitenget/Seminyak/Kerobokan.

The privilege of living on this island is, you can easily find a cool place to hangout by the beach with sort of like a laid back ambiance but still very much well designed, last weekend we went to catch the sunset at this beach house called The Lawn Canggu, with mostly off white interior and touches of green from the plants or from the artificial grass without being tacky, you’ll find yourself laying down on it under the white parasols, ah well simply adorable…yet you’ll see boys with great abs and chest LOL walking around the lawn, oh what a sight for sore eyes!

The Lawn Canggu located just next to Old Man’s on Pantai Batu Bolong!

Another week to kill before next weekend with another discovery!

#weekendinbali #bali #indonesia #jaenidupdibali #beachlife #lifeisabeach  #islanlife #balilife #myhome #pulaubali #beachclub #beachhouse #tearoom #comfortplace #cakes #beach #pantaibatubolong #canggu #mywarung #yamunapastry #thelawncanggu

 

 

 

 

Kota Bandung Adalah Charles Prosper Wolff Schoemaker

Charles Prosper Wolff Schoemaker, not only he is a great architect but also a sculptor

Kemaren, Saya sempat membahas suatu gedung indah di kawasan Lembang Bandung bernama Villa Isola yang sekarang menjadi Bumi Siliwangi dan berfungsi sebagai Gedung Rektorat Universitas Pendidikan Indonesia.

Hal yang belum Saya bahas secara mendalam adalah sang arsitek Villa Isola yakni C.P.W Schoemaker, Googling kesana kemari dan sangat menyenangkan karena ada banyak cerita yang cukup lengkap mengenai sosok arsitek ini di Wikipedia maupun di sumber-sumber lainnya dan cukup konsisten kontennya, sehingga retelling the stories of this “Frank Lloyd Wright-nya Nusantara” cukup mudah.

Let’s Get LOST & WANDER

Lahir di Banyu Biru, Semarang Jawa Tengah pada tahun 1882, menghabiskan masa hidupnya di kota kecil tersebut sebelum akhirnya beliau melanjutkan pendidikan ke Negeri Belanda tepatnya di Breda, pada tahun 1905 beliau kembali ke “tanah air” dan bekerja di Royal Dutch Indies Army sebagai military engineer, tapi rupanya yang mengubah haluan beliau menjadi lebih menekuni arsitektur dan bangunan sepertinya sejak beliau pada 1911 bergabung menjadi insinyur untuk Department of Civil Public Works di Batavia and became the Director of Public Works in 1914 (Wikipedia), tahun 1917 CPW Schoemaker bergabung dengan sebuah firma yang kemudian mendapatkan kesempatan untuk belajak ke Amerika Serikat yang kemudian dari situlah CPW Schoemaker mendapatkan banyak pengaruh dari Frank Lloyd Wright.

Banyak sekali gedung peninggalan CPW Schoemaker terutama di Bandung, ciri khas dari design beliau adalah sangat kental dengan Art Deco yang kemudian memasukkan pengaruh budaya Nusantara ke hampir setiap design bangunan nya, mulai dari bentuk atap, ornamental yang menempel di dinding atau facade dan seterusnya.

Semenjak tahun 1918 bersama saudara kandungnya CPW Schoemaker mendirikan firma arsitek yang kemudian menciptakan banyak sekali gedung-gedung ikonik di kota Bandung, seperti Villa Isola, Gedung Pasteur, Gedung Merdeka, Gereja Katedral Bandung, dan masih banyak lagi.

Rumah beliau sendiri berada di Jalan Sawunggaling Bandung, yang sekarang berubah menjadi sebuah kantor Bank swasta, dahulu sempat menjadi kontroversi karena hampir saja diratakan dengan tanah, however it survived and even became UNESCO Heritage.

Would probably C.P Wolff Schoemaker house

Namun keberadaan rumah ini juga masih sempat menjadi tanda tanya, apakah ini benar rumah beliau atau rumah ciptaan salah satu arsitek bernama Van Oyen, namun juga jika dilihat dari ornamental yang terdapat di rumah tersebut memang sangat ke-CPW Schoemaker-an, seperti terdapat ornamen Kala (Buto Kala) pada bagian depan rumah ini, dan disalah satu tulisan disebutkan, sebenarnya rumah beliau berada di Lembang, berdasarkan surat beliau yang dikirimkan melalui alamat kirim surat tersebut kepada keponakannya, dibawah ini adalah foto dari rumah tersebut.

Would also probably the house of CP Wolff Schoemaker in Lembang Bandung

Anyway, mari kita bahas beberapa bangunan ikonik yang masih tersisa di Bandung maupun yang barangkali sudah luput dari kita.

Pertama, Villa Isola yang dibangun pada tahun 1932 dan selesai pada tahun 1933, bangunan ini merupakan private mansion seorang media tycoon bernama Dominique Warren Berretty, sangat indah, dan dikabarkan bahwa bentuk nya terinspirasi dari candi-candi yang berada di Jawa Timur dan memakai filosofi poros utara selatan untuk bangunannya seperti filosofi Jawa dalam membangun sebuah keraton, sekarang bangunan ini menjadi kantor Rektorat Universitas Pendidikan Indonesia (dahulu IKIP Bandung).

Beautiful Villa Isola now Bumi Siliwangi in Lembang Bandung

Bangunan lainnya adalah, Gereja Katedral Santo Petrus or Saint Peter’s Cathedral on Jalan Merdeka Bandung yang dibangun pada 1921.

a8c4a5adb1db3353ed3e9bc48ae2c786

Bangunan ketiga adalah bangunan megah yang sekarang menjadi Markas Besar Tentara Indonesia KODAM III Siliwangi, yang dahulunya adalah Paleis van de Legercommandant (Istana Panglima Pasukan Hindia Belanda) bangunan bergaya Art Deco ini dibangun pada tahun 1918 oleh CWP Schoemaker dan kakaknya yakni Richard Leonard Arnold Schoemaker (1886-1942), dan selesai dalam waktu 2 tahun, dan di komplek yang sama tepatnya di Jalan Kalimantan (sementara itu Istana Panglima berada di Jalan Aceh), terdapat Departemen Pertahan Hindia Belanda yang lebih bergaya klasik Eropa, jika melihat gedung ini benar-benar mengingatkan gedung-gedung yang berada di Belanda, sangat cantik seperti kue hias, gedung ini sendiri di design oleh Richard Leonard Arnold Schoemaker, dan bahgia rasanya bahwa kedua gedung ini sampai sekarang masih seperti aslinya tida perubahan yang berarti.

Paleis van de Legercommandant now KODAM III SILIWANGI on Jalan Aceh Bandung

 

Departement van Oorlog, or Departemen Pertahanan Hindia Belanda on Jalan Kalimantan

Gedung lain yang sangat menarik secara design adalah gedung ke-empat berikut ini, yang dahulu dinamakan Jaarbeurs, gedung khusus pameran pada masa Hindia Belanda, gedung ini amat sangat mengingatkan Saya pada design Frank Lloyd Wright dengan detail 3 laki-laki telanjang membungkuk di facade bangunan tersebut yang sangat sayang disayang, sekarang ornamen indah tersbut ketika kemarin pulang kampung Saya lewat gedung ini sudah ditutup oleh panel berisi tulisan, sedih rasanya dan sulit memahami pola pikir sebagian kecil orang yang melihat karya seni hebat ini jadikan objk yang barangkali menurut mereka porno-aksi, mestinya yang mereka tutup pake panel kayu itu otak mereka bukan karya seni indah tersebut.  Bangunan ini di design oleh CP Wolff Schoemaker dan dibangun pada tahun 1920 dan sekarang dijadikan kantor KOLOGDAM (Komando Logistik Daerah Militer III Siliwangi).

Jaarbeurs Bandung

 

Selain Gedung KOLOGDAM yang indah ada gedung lain karya CP Wolff Schoemaker yang juga sangat menarik, yakni Masjid Raya Cipaganti, cerita yang menarik saya baca di artikel terbitan koran Pikiran Rakyat mengenai masjid indah ini, Masjid Raya Cipaganti diresmikan pada 27 Januari 1934 dan dibangun pada tahun 1933 dan merupakan karya CP Wolff Schoemaker dan merupakan wujud cinta beliau terhadap Islam yang merupakan agama yang beliau peluk sejak than 1930, arsitekturnya mengadaptasi gaya Eropa dan Jawa terlihat dari ata sirap nya, Masjid ini adalah satu-satu nya dan masjid pertama yang berada di kawasan pemukiman orang Eropa pada masa itu dan sebagian bangsawan pribumi.  Masjid ini ternyata memiliki sejarah cukup unik dan multi ras dan agama yang terlibat melatarbelakangi sejarahnya, selain CP Wolff Schoemaker yang seorang Belanda dan mualaf yang menarik adalah yang mewakafkan tanah untuk pembangunan ini adalah seorang wanita Sunda bernama Nyi Oerki! Nyi Oerki ini adalah istri dari seorang pengusaha susu, cokelat dan pengacara berdarah Italia bernama Antonio Ursone seoarang Katolik yang taat dan kalau tidak salah jika kita sempat jalan ke Pemakaman Belanda Pandu kita bisa melihat makam keluarga Ursone ini, what a story!

Masjid Raya Cipaganti Bandung

Mari kita jelajahi lagi hasil karya lain dari CP Wolff Schoemaker yang lain yakni Gedung Merdeka, yang dahulunya bernama Societeit Concordia tempt berkumpul para warga Belanda untuk bersantai dan bersosialisasi dan kemudian menjadi tempat penyelenggaran Konferensi Asia Afrika Thun 1955, Gedung Merdeka dengan design yang seperti sekarang ini dimulai pada tahun 1926, walaupun sebenarnya gedung Societeit Concordia sudah berdiri sejak tahun 1870.  Arsitek lain yang mendesain bangunan ini selain beliau adalah A.F Aalbers (10 tahun ketelah Schoemaker melakukan perubahan dari design lama).

376Concordia

Gereja lain yang dibangun ole CP Wolff Schoemaker adalah Gereja Bethel, gereja yang masih memiliki bentuk aslinya sampai sekarang ini dan berada dekat Kantor Walikota Bandung, dibangun pada tahun 1 Mei 1924 dan diresmikan pada 1 Maret 1925 dan diberi nama “De Nieuwe Kerk” yang menarik dari gereja ini tidak ada penampakan salib di bagian luar bangunan ganha ditandai oleh jam dan lonceng yang berdentang pertama kali pada 1 Maret 1925 pada pululam 09.15 pagi.

24058-bandung_kostel_24-v-1929

Karya monumental lain adalah Grand Hotel Preanger di Bandung, hotel yang sangat kental dengan gaya Art Deco ini merupakan hasil karya rombakan dari CP Wolff Schoemaker dibantu oleh murid nya bernama Soekarno, pada tahun 1929, jika sempat datang dan masuk ke hotel ini, mereka memiliki museum kecil yang cukup menyenangkan untuk dikunjungi, tapi tidak banyak orang tahu keberadaan museum ini.

Grand Hotel Preanger Bandung

There are so many great buildings made by him, from Bioscoop Majestic or Bisokop New Majestic atau yang dahulu bernama Bioscoop Concordia di Jalan Braga No. 1, Gedung Pasteur, Aula Timur & Barat ITB, Gedung PLN Bandung, hingga Villa Merah ITB di Jalan Taman Sari.

Charles Prosper Wolff Schoemaker menutup mata selamanya pada usia 66 tahun tepatnya pada 22 Mei 1949 dimakamkan di Pemakaman Kristen Pandu Bandung, beliau meninggalkan banyak sekali bangunan indah yang memadukan unsur Eropa dan Nusantara secara harmoni.

 

#saveheritage #heritage #oldbuilding #oldmansion #cpwschoemaker #charlesprosperwolffschoemaker #bandung #arsitektur #architecture #sejarahbandung #bandungtempodoeloe #fortheloveofoldbuildings #wanderlust #lostandwander1976

 

 

 

M’ISOLO E VIVO (I Isolate Myself & Live)

Villa Isola

It feels like dreamy seeing old pictures of Villa Isola in Bandung, a beautiful Art Deco structure, a masterpiece of a grand mansion.

Villa Isola mulai dibangun pada bulan October 1932, dan mulai digunakan oleh pemiliknya pada tahun December 1933, arsitek dari rumah peristirahatan indah ini adalah Charles Prosper Wolff Schoemaker.

Pemilik dari Villa Isola yang merupakan private house ini adalah seorangan pengusaha kaya raya alias media tycoon asal Belanda bernama Dominique Willem Berretty (1890 – 1934), a handsome business man the founder of Aneta press agency in Dutch East Indies alias Nusantara pada masa itu.

Dominique Willem Berretty

Villa Isola menempati lahan seluas 120.000 meter persegi, yang meliputi bangunan utama dan taman maha luas, bayangkan saja pada masa itu dimana Lembang, Bandung merupakan daerah “jauh” dari pusat kota Bandung dan berada diketinggian, villa ini menjadi landmark indah kawasan ini.

Aerial picture of Villa Isola, Bandung

Dikabarkan pembangunan private house ini menghabiskan dana sekitar 500.000 guilders and he almost went bankrupt, however the opening of his majestic house was in a pompous celebration with guests coming from journalists and his friends and colleagues dan tentunya beliau sangat bangga dengan rumah pribadi nya tersebut, dan diceritakan bahwa tamu-tamu berdecak kagum dengan detailnya dan kualitas dari bangunan ini.

Rumah indah ini memiliki banyak ruangan, seperti ruang resepsi, ruang makan, ruang billiard yang sangat luas sebagai ruang rekreasasi, ruang belajar, ruang tidur, ruang keluarga dengan balcony, teras teras terbuka juga bar yang dilengkapi dengan movie projector untuk menonton film, this is like those kind of billionaire house at that time.

Ruangan-ruangan tersebut diisi dengan furniture yang modern dan bergaya Art Deco, dilengkapi dengan coat of arms kota Venice yang sengaja dibawa dari Italia (yang sekarang masih bisa dilihat di gerbang masuk ke Vila Isola/Bumi SIliwangi) sampai lukisan karya pelukis terkenal di Hindia Belanda dan Eropa.

Seeing this pictures surely made you feel like you are stepping into this grand house, all furnitures has been carefully chosen from the living room to study room to bedrooms.

Villa Isola memiliki details bangunan yang tidak main main, sang arsitek CP Wolff Schoemaker terinspirasi dari filosofi budaya Jawa, orientasi bangunan berdasarkan teori sumbu utara – selatan, dengan bangunan menghadap ke Gunung Tangkuban Perahu di Utara dan Kota Bandung di Selatan, bangunan berundak (layering) juga terinspirasi dari Candi di Jawa Timur, semua dibuat simetrikal termasuk juga garden landscape.

Villa Isola

Lantai satu terdiri dari ruangan-ruangan seperti lobby dengan tangga ke lantai dua, ruang keluarga dan ruang tamu, sedangkan lantai dua merupakan kamar utama, lantai tiga ditempati oleh guest rooms juga entertainment room sedangkan lantai empat adalah service area, dimana hal baru pada masa colonial, biasanya service area terpisah dari bangunan utama.

zuidgevel
Spectacular view of building seen from the pool

 

00_big
The main entrance to the lobby

Sementara itu taman dibuat sedemikian rupa, very symmetrical and the mansion itself as the centre piece, they are adopting the European Style garden, with imported five black swans from abroad to garnish the pond.

Sayang disayang, rumah pribadi yang indah ini tanya bisa dinikmati oleh Dominique Willem Berretty hanya dalam satu tahun (bahkan tepat satu tahun), beliau meninggal dalam kecelakaan pesawat di Syria pada December 1934 penerbangan Batavia ke Amsterdam.

Sekarang, gedung indah ini tetap digunakan dengan baik oleh IKIP Bandung yang sekarang menjadi Universitas Pendidikan Indonesia.

Ayo kita jaga dan ketahui lebih banyak tentang sejarah bangunan tua di negeri ini, karena kita bisa belajar banyak dari sejarah dan warisan arsitektur nya.

M’ISOLO E VIVO!

M'ISOLO E VIVO

Data dan cerita dari berbagai sumber.

#saveheritage #villaisola #villaisolabandung #artdeco #oldmansion #oldbuilding #oldhouse #cpwschoemaker #architecture #arsitektur #hindiabelanda #dutcharchitecture #cagarbudaya #bandung #westjava #indonesia

 

 

Weekender in Bali

Kalau orang bertanya sama orang Bali tau orang yang hidup di pulau ini, “Ngapain aja sih every weekend in Bali?” and my answer would be…endless fun and discoveries, as long as your immerse yourself to the way we are “Balinese” live our life, go out, get lost, just sip coffee somewhere, no one will judge you, that’s the best thing about Bali.

Weekend kali ini cukup berbeda karena ada teman-teman lama yang juga sedang berlibur di Bali dan mentant penghuni pulau tercinta ini dan Saya seperti biasa jalan-jalan pakai Scoopy Saya dan kemarin misi nya adalah mencari tanaman hias untuk rumah ke area Renon dan to this cute place called Republic of Plants, toko baru mereça gerada di Jalan Mertanadi lebih besar dan luas hanay koleksi pot/keramik lebih sedikit, jadi buat kalian yang bertujuan mencari pilihan mugs/bowls/anything buat succulent kalian you must still visit their shop in Banjar Semer area (on the way to Canggu through Kerobokan), here is just to share with you some of the pictures from Republic of Plants (IG : @republicofplants)

Hidup di Bali itu yang paling menyenangkan adalah sell ada tempt baru yang keren dan sangat worth Instagram feed, everything seems cuter and nicer here in this island, last night we spend our night at this hotel called TIJILI in Japan Drupadi Seminyak area, it’s color burst everywhere, you feel this kinda ecstatic kinda feeling when you stepped into this place, outsider is more than welcome to hangout at their KAKATUA Tropic Lounge just to sip coffee or some cocktails, I should comeback again here on midday just to take another pics…here is some picture from last night…

Hampir setiap minggu we can just easily found cute things to share around Bali, oh yah end of this July there will be Tropica Fest, festival mural di sekitaran Canggu yang melibatkan para seniman Indonesia dan Dunia.

#balilife #islandlife #mural #cafe #republicofplants #kakatuatropiclounge #bali #indonesia #wanderlust #jaenidupdibali #design #interior #weekend #weekender #akhirpekan #pulaudewata

 

 

Throwback Thursday…A Cool Hostel Called We Crociferi in Venezia

We Crociferi at Campo dei Desuti, Carrnegio Venezia
An ancient convent turned student accommodation in Venezia

Some cities they call themselves as vibrant, some romantic and even mysterious, but for me Venezia seperti kota dalam “mimpi”, all those old structures, the lights upon it, it takes you to a daydream every day every night 🙂 I will tell you more later on, but now let’s talk about my finding…We Crociferi Hostel.

I gotta a chance to visit Venezia last year 2016 due to the opening of our newest T Galleria in Italy, T Fondaco dei Tedeschi, ketika itu kantor seperti biasa sudah memiliki appointed hotel untuk tinggal, yang lokasi nya tepat sebelah kantor kami.

Tapi karena Saya sangat particular urusan hotel atau tempat tinggal, maka saya memutuskan untuk memilih sendiri hotel dimana Saya akan tinggal semalam 11 malam di kota “mimpi” ini.

No it is not those kind of hotel, it’s a hostel, and they call themselves as student accommodation, uni staff and yeah travelers like me who loves into exploring off beaten track area.

Hotel ini ditemukan tidak sengaja melalui Google, dan Saya langsung jatuh cinta dengan bangunannya, karena merupakan bekas biara/convent kuno, jika merunut ke kisah Gereja di sebelahnya yakni Church of Santa Maria Assunta, convent ini merupakan bagian dari Gereja indah tersebut, ada gereja, biara dan rumah sakit…Gereja sendiri sudah ada sejak 1155 Masehi, dan kemudian beberapa ratus tahun kemudian dibeli oleh Ordo Jesuit pada tahun 1657, sejak lama bangunan yang merupakan bagian dari Gereja Santa Maria Assunta ini sudah menjadi barak, dan asrama bagi biarawan dan pelajar.

Landed di Bandar Udara Marco Polo Venezia, the right thing to reach the island is by boat, Saya dan kolega dari kantor kemudian naik boat yang sama, menariknya karena Saya tidak tinggal satu hotel dengan mereka mengharuskan Saya turun lebih dulu di Fondamente Nove, sebuah pier kecil tempat water taxi berlabuh menurunkan penumpang untuk area Campo dei Gesuiti, menilik sejarahnya ada alasan mengapa mereka membangun Gereja ini jauh dari pusat nya Venezia, dikarenakan konflik yang terjadi ratusan tahun yang lalu sehingga Ordo Jesuit “dibuang” agak sedikit jauh dari pusat keramaian kota Venezia (ke pusat hanya 10 – 15 menit berjalan kaki).

Sampai di pelabuhan kecil, dan berjalan menuju ke We Crociferi dengan melalui bangunan-bangunan indah di pinggir laut, rasanya sangat indah sekali seperti “mimpi”, melewati jembatan sedikit besar yang berundak yang kemudian setelah beberapa puluh meter belok ke jalanan dimana Gereja Santa Maria Assunta dan We Crociferi berdiri, it was such a lovely feeling…sea breeze, old buildings, stone pebbles, canals, all and all it was lovely.

Here is some picture from We Crociferi that I took…

The room itself it’s awesome, a minimalist one, kinda Scandinavian style all the way, with all white and touch of light wooden fixtures as details, kamar-kamar menempati bangunan bekas ruangan/kamar-kamar biara, bagian luar dibiarkan tetap seperti asli nya, dan bagian dalam dibuat se-cozy dan modern mungkin, sehingga tidak akan merasa ngeri tinggal di bangunan yang usia nya sudah ratusan tahun ini.

Bahkan di beberapa tempat dikarenakan plester di buka, kita bisa melihat struktur-struktur bangunan masa lampau, sangat indah, ada bagian favorite Saya di hostel ini, yaitu ruang makan atau breakfast dikarenakan menempati sebuah aula yang bagian dinding dan langit-langit nya dilukis sangat indah bergaya klasik dan merupakan wujud asli dari ruangan tersebut hanya saja dilakukan restorasi, bagian favorite lain nya adalah tangga menuju lantai 2 dimana kamar saya berada, tangga tersebut juga memiliki langit-langit yang indah dengan lukisan bergaya klasik kisah tentang malaikat, dan berada tepat di sebelah kanal, seperti “mimpi”…I will definitely come back and stay in this student accommodation again when I am back in Venezia in the future…

Next to the accommodation, berdiri megah Gereja tua bernama Santa Maria Assunta, mengutip sumber dari internet (www.churchesofvenice.co.uk), Gereja ini sudah ada sejak tahun 1155, hanya saja mengalami beberapa perubahan dan bentuk terakhir ini adalah dari tahun 1715 – 1730 oleh arsitek bernama Domenico Rossi yang merupakan arsitek kesayangan keluarga Manin, keluarga yang menyokong pendanaan pembangunan Gereja ini, sehingga mereka pun dikuburkan di Gereja indah ini.

SubstandardFullSizeRender (14)

 

The façade is as overpopulated as you’d expect from a Baroque church in Venice. It is said to be the work of Giovanni Battista Fattoretto, probably to an original design by Rossi. On the first level there are statues of the apostles who witnessed the Assumption of the Virgin, by various sculptors. The Virgin passing into Heaven, with angels with robes billowing in the wind above the pediment, are by Giuseppe Torretti. The Manin coat of arms is over the doorway. Ludovico Manin being famously the last doge of all – the one who handed Venice over to Napoleon (from : http://www.churchesofvenice.co.uk).

All and all it’s a beautiful church, dan bayangkan jika kamu adalah seseorang yang suka sekali dengan bangunan tua dan bersejarah, you are literally living inside this church and convent, setiap hari dan setiap saat kita bisa datang mengunjungi dan mengagumi indahnya gedung ini.

Seperti “mimpi”!

#venezia #venice #italy #italia #church #oldbuildings #saveheritage #heritage #architecture #lostandwander #santamariaassunta #campodeigesuiti #travel #traveler #traveling #travelgram #instagram #instaplace #gereja #architecture #arsitektur #design #wecrociferi #hostel #studentaccommodation #hotel #wanderlust #historicalsite #historical #history #italiano #italian

 

Journey To Pulang Kampung A Latepost

Pulang Kampung ke Bandung, tentu agenda nya adalah kumpul bersama sahabat melepas kangen dan ngobron “anu teu penting”, dan rekor buat kita di hari ke-2 Lebaran kita berhasil mengunjungi 6 titik dalam satu hari 🙂

Berikut adalah sebagian hasil kemaren Pulang Kampung mengunjungi beberapa cafe,sayang cafe favorit tidak sempat Saya abadikan kali ini 🙂 yakni Blue Doors yang ada di Jalan Gandapura Bandung, cafe kecil yang rasa kopi nya cukup enak dan cocok buat kami ini 🙂

Well, this post would be in random order yah…Kiputih Satu is one of those cafe that I always wanted to visit due to the venue itself used to be an old Colonial mansion, Kiputih Satu located on Jalan Kiputih No. 1, cafe + ceramic shop/studio + vinyl store + merchandises store…painted in white, this old house jaman Belanda is such a charming house,  I can imagine in 1920s this house would be one of those cool house up on the hilly Ciumbuleuit Bandung.

Tempat ngopi lain yang sempat Saya kunjungi bersama geng Sunda Weureu juga adalah MIMITI Coffee yang berada di area Setiabudi Bandung,ah area ini punya banyak kenangan buat kami, well the coffee here is good, and the way they made this coffee shop it reminds you to those Japanese coffee shop, all and all it’s nice place to hangout however it was bit cloudy so we did not get cool lights when we took some picture here…

SEJIWA, what a poetic name for a hip coffee shop in Bandung, with some murals and lyrical poem from a famous Indonesian poet Sapardi Djoko Damono, the building itself is a standalone building on Jalan Progo just next to  Gedung Sate, painted in white with glass windows from top to bottom, this SEJIWA has a good coffee however pretty noisy and crowded as now is the IT place to hangout especially for millennials…

SYDWIC, a kinda Scandinavian cafe on Jalan Cilaki, selalu penuh dan antri, I love the interior, it’s warm and fresh, very instagramable and I love their communal table made from stone/cement and in the middle they put plants, very clever…

Dan tentu tidak lengkap rasanya kalau tidak mampir ke Cafe Halaman kesayangan kami,untuk sekedar temu kangen sama Bakmi Tasik maupun tempatnya yang penuh cerita…next time I will start to write things that I found here in Bali 🙂

Let’s get back to work HAHAHA

 

Bcoz It’s Raining And I Got Nothing To Do 

Akhir-akhir ini Bali Rasa Bandung…mendung dan dingin, untuk ukuran kami yg di Bali, 25-26 derajat itu sudah dingin haha…

Karena pagi ini seharusnya Saya seperti biasa melakukan JJS alias Jalan Jalan Sunday terpaksa ngendon di rumah, pake haori that I bought in Kyoto and lately my fave ensemble whenever I got home, bikin teh, dan baca buku kecil yg kemudian buku ini jadi favorit karena Saya banget…buku yg melankolik, daydreaming dan easy to read as if I read my own diary…called Stories For Rainy Days karya Naela Ali, pas banget kan?! And not to forget lit also your your fave scented candle…Let’s again LOST and WANDER! 

#favebook #sundays #tea #candles #lazysunday #storiesforrainydays #naelaali #hmhome #amalfivietnam 

Such A Quaint Street Called Jalan Tirtodipuran

Beberapa waktu lalu Saya kembali ke Yogyakarta, tinggal di area Prawirotaman yang merupakan area hip dan biasanya banyak turis asing senang tinggal di area ini, hanya saja sekarang dengan kehadiran banyak hotel baru dan sering nya Yogyakarta dijadikan lokasi syuting film seperti AADC 2 membuat Prawirotaman area juga menjadi tempat pilihan turis domestik.

My fave hotel here in this area would be Adhistana Hotel, such a cute and instagramable hotel!

Jika kita berjalan ke arah Jalan Parangtritis, lurusan Jalan Prawirotaman terdapat sebuah jalanan yang bernama Jalan Tirtodipuran, if you feel that Prawirotaman area been little bit too crowded take a short walk to Jalan Tirtodipuran, you will be very happy just to wander around this quieter street compare to Prawirotaman, things that you will find is some cafes and restaurant like Bu Ageng own by famous seniman Butet Kertaradjasa, cool murals, antiquites, gallery and you will be stumbled upon great old houses, two of them are massive in scale and very well preserved, Thank God…

Let’s start from cool murals I saw…here we go…

I found a cool coffee shop on Jalan Tirtodipuran and I found it very chic as they made it in all white interior, and looks like every now and then they feature some artists to exhibit or show their work of arts, nama cafe ini pun sangat poetic, RUANG SEDUH (IG : @ruangseduh)

Berjalan lambat menikmati Jalan Tirtodipuran saat sore dan terutama kalau kebetulan udara mendukung sangat menyenangkan memperhatikan bentuk-bentuk arsitektur rumah tua jaman kolonial, seperti rumah rumah berikut ini…

And some quirky vintage store too caught my attentio…

#jalantirtodipuran #yogyakarta #jogja #jokjakarta #ngayogyakartahadiningrat #exploreyogya #murals #art #saveheritage #rumahtua #oldhouse #oldmansion #colonialbuilding #gallery #apapoon #vintagestore #cafe #coffeeshop #ruangseduh #ruangseduhtirtodipuran #wanderlust #travel #traveler #traveling #travelgram #instaplace

Solo Mio Part 4

Berjalan kaki di seputaran Balurwati (Kraton walls) you may stumble upon great, abandoned old buildings, if only they can tell you everything about the past…it must be pretty amazing…

Seputaran Keraton Kasunanan Surakarta…Keraton (Palace) Kasunanan Surakarta built in 1744 by Susuhunan Paku Buwana II, one of the architect is Pangeran (Prince) Mangkubumi (then Sultan Hamengku Buwana I), renovasi besar besaran dilakukan oleh Paku Buwana X (reigning from 1893 until 1939) sehingga menemukan bentuk nya kurang lebih seperti sekarang ini.

Kraton Kasunanan Surakarta and around

Solo Mio Part 3

Teman-teman Saya selalu bertanya “Ngapain sih ke Solo lagi?” setiap Saya menyampaikan keinginan untuk mengunjungi kembali kota ini, well true though, Solo is kinda city that dead after 8PM, nothing to see, no cool cafes to hang around, etc. etc. true and true…tapi untuk Saya, Solo itu kota yang cukup menyenangkan untuk ditelusuri apalagi sambil membaca kisah-kisah lama Kasunanan Surakarta, seperti lost in translation kembali ke masa lalu dan betul sekali, waktu rasanya terhenti di kota ini…other thing is if you love history, old buildings and food perhaps Solo can be your thing…

Kunjungan kali ini ke Solo pas di Bulan Ramadan kemaren, sebenarnya saya tertarik untuk mengikuti tour gratis nya Soerakarta Walking Tour, sebuah organisasi non profit yanng digerakkan oleh anak anak muda yang peduli dengan sejarah kota nya…Saya ingin bertemu dengan sesama pecinta sejarah dan bangunan tua, dan terlebih I gotta meet my new friend Halim Santoso which I have been followed his IG (@halimsantoso) for quiet sometime.

But the most interesting thing from my visit was, I got a chance to visit Crown Prince’s mansions inside or outside the Kraton wall (called Balurwati), rumah-rumah Pangeran yang disebut nDalem ini adalah warisan arsitektur Jawa yang sangat indah, namun sayang sekali banyak dari nDalem ini tidak terpelihara dengan baik.

Let’s start from nDalem Purwodiningratan, a Prince’s mansion built around 1819 based on numbers written on main gate…nDalem ini merupakan nDalem Purwodiningratan merupakan nDalem kediaman Kanjeng Raden Mas Haryo Tumenggung (KRMHT) Purwodiningrat VI.

nDalem lain yang sempat saya kunjungi adalah nDalem Suryohamijayan, I was amazed by Halim Santoso’s post on his instagram (@halimsantoso), this house has a particular tiles and colours, mainly shades of green, the house itself built in 1919, nDalem ini merupakan tempat tinggal Pangeran Suryohamidjojo orang yang cukup berperan dalam kemerdekaan Republik Indonesia, anggota BPUPKI, unfortunately this house also kinda neglected, masih di urus oleh penjaga atau bahkan mungkin keluarga nya namun terlihat memang kurang terurus dengan baik, karena memang sudah kosong tidak berpenghuni hanya beberapa kelaurga yang menghuni barisan rumah bedeng disisi kiri dan kanan nya.

nDalem lain yang sempat saya kunjungi adalah nDalem Sasono Mulyo, it used to be the house of Crown Prince KGPA Anom and now own by GPH Dipokusumo.  nDalem ini sekarang berfungsikan sebagai tempat persemayaman jenasah Raja sebelum diberangkatkan ke Imogiri dan juga sebagai tempat pernikahan putra-putri Raja. Selain itu nDalem ini juga difungsikan sebagai tempat latihan tari dan karawitan.

Built in 1811 in traditional Javanese architecture consist with four elements which is Pendopo/Pendapa, Pringgitan, nDalem & Gandhok, on the side there is a very “modern” style different from Javanese style, built in Indische Style (European & Nusantara Style at that time) this one called nDalem Lodjen Sasono Mulyo.

#exploresolo #lostandwander1976 #saveheritage #heritage #oldbuilding #oldhouse #oldmansion #arsitektur #architecture #indischestyle #colonialstyle #javanesearchitecture #kasunanansurakarta #surakarta #solo #jawatengah #centraljava #crownprincehouse #javanese #javaneseculture #budayajawa