Kembali Tamasya ke Kota Jogja Part 2

Kali ini ada yang sedikit berbeda karena Saya juga tamasya ke salah satu pantai yang ada di Yogyakarta, udah lama sih Saya dengar kalau pantai-pantai disini indah, cuman saja suka ragu karena Saya tinggal di Bali, dan selalu berpikir ngapain juga yah main-main ke pantai, rumah aja cuman 10 menit ke pantai jaraknya?

Jam 7 pagi kita berangkat ke pantai yang jaraknya hanya 1.5 jam dari Prawirotaman, sepanjang perjalanan disajikan banyak pemandangan bukit-bukit terhampar luas, desa-desa khas Jawa dan bukit-bukit berbatu dan akhirnya kita sampai ke pantai yang relatively very quiet, called Pantai Watu Lawang yang letaknya berada setelah Pantai Indrayanti.

143

We picked the secluded one, resto yangberada di ujung yang rupanya yang punya kenal dengan salah satu sahabat Saya, it was one fine morning, the temperature bit chill but there was always sun, we were having a laid back morning back then, until we had this feast by the beach…makan-makan di pinggir pantai, cah kangkung 2 porsi, cumi oseng pedas, udang asam manis, 2 ekor ikan cakalang dibakar bumbu kecap, oseng oseng kampung dan kelapa muda…oh my…heaven…and it was only for IDR 125.000 for the 4 of us!!

175

Kalau pergi ke Pantai enaknya emang jalan pagi sekali dan jam 12 an udah balik lagi ke kota yah, pas jam nya…balik ke kota cari pisang goreng di Aroma Cafe di area Kasongan, a lovely “warung” overlooking the rice paddies, angin semilir sambil makan pisang goreng dan ngobrol-ngobrol atau sekedar bengong.

Hal lain yang dilakukan di Yogyakarta kemarin adalah jalan ke area Pecinan, area Pecinan ini terdapat di Jalan Malioboro, kalau kita jalan mengarah ke Benteng Vredeburg atau ke arah Pasar Beringhardjo, nah sebelum pasar kita akan menemukan sebuah gedbang besar bergaya Cina, tertulis disitu Kampoeng Ketandan.

Kembali Tamasya ke Jogja
Kampoeng Ketandan, Pecinan di Yogyakarta

Keberadaan etnis Tionghoa usah ada di Yogyakarta lebih dari 200 tahun, mereka bermukim di area yang disebut juga Pecinan, salahsatunya di Ketandan, Beskalan & Pajeksan, banyak terdapat rumah rumah toko bergaya Tionghoa terutama terlihat dari bentuk atapnya yang menurun, warna-warna terang juga ornamen-ornamen lainnya.

Seperti biasa karena Saya tinggal di area Prawirotaman, tentu Saya selalu menyempatkan untuk berjalan-jalan di Jalan Tirtodipuran, melihat-lihat rumah tua dan ngopi sore di Ruang Seduh dan makan tentunya di Bu Ageng resto milik Butet Kertaradjasa.  Jalan Tirtodipuran ini less crowded compare to Prawirotaman, many old colonial houses still in a very good condition, two of them are massively built in the middle of this quiet street, ada beberapa rumah yang saya sempat abadikan, seperti berikut ini.

Kembali Tamasya ke Jogja Part 2
Rumah Tua di Jalan Tirtodipuran Yogyakarta
Kembali Tamasya ke Jogja Part 2
Rumah Tua Jalan Tirtodipuran Yogyakarta

Gak lengkap rasanya kalau ke Tirtodipuran gak mampir ke Ruang Seduh, with its clinical look, ini semacam laboratorium kopi, duduk di luar sambil menikmati sore yang kala itu udara juga tidak panas.

Ada sebuah tempat dimana kita bisa makan, ngobrol, bahkan melihat-lihat karya seni dan buku, bernama Kedai Kebun Forum, tempat yang rimbun dengan dedaunan, dan rimbun dengan mural bergambar muka manusia atau tokoh dalam bentuk komik, ini adalah sebagian snap shots yang Saya rekam di iPhone.

181

178

Selalu menyenangkan berjalan-jalan disini, sambil daydreaming suatu hari nanti punya rumah tua disini and we convert this house into a beautiful guest house, I will keep those dream sampai jadi kenyataan…Amen! 🙂

#jogja #jogjakarta #yogya #yogyakarta #ngayogyakartahadiningrat #indonesia #pantaiwatulawang #pantai #beach #beachlife #wisatajogja #explorejogja #bangunantua #rumahtua #roemahtoea #arsitektur #architecture #mural #kedaikebunforum #ruangseduhjogja #coffee #cafe #retaurant #jalantirtodipuran #tirtodipuran #colonialhouse #dutchcolonialhouse #rumahbelanda #artgallery

Kembali Tamasya ke Kota Jogja Part 1

Plengkung Gadhing
Plengkung Gadhing/Nirbaya

Kalau ditanya dimana lagi Saya bisa tinggal selain di Pulau Bali yang ter-amat Saya cintai ini, jawabannya adalah Yogyakarta!  I don’t know why, every time I made a visit to this ancient town, walaupun datang ke tempat yang sama, tapi cerita dan rasa selalu berbeda, dan selalu menyenangkan.

Kali ini Saya ke Jogja seperti biasa karena dorongan impulsive Saya untuk traveling karena ada long weekend Idul Adha, dan kembali Saya memutuskan untuk stay di area Prawirotaman, walaupun sebelumnya Saya memikirkan untuk stay di area Patangpuluhan bahkan area dekat Kraton dikarenakan ada beberapa pilihan hotel yang Saya suka (Yats Colony) dan ingin dicoba (The Patio Guest House).

Hotel Adhisthana kembali jadi pilihan Saya untuk 3 malam di Jogja, this time I got a room on 3rd floor and it’s Deluxe room, located in a vibrant area called Prawirotaman dimana biasanya para turis asing flocked in, hotel ini memang sangat menyenangkan untuk ditinggali, plus design kamarnya yang menyenangkan disominasi warna deep blue, warna yang dipercayai bisa bikin tidur nyenyak, motif-motif batik tanpa terkesan tacky, and they painted the walls in white!

 

Hotel Adhisthana at Prawirotaman Yogyakarta
Inner courtyard at Hotel Adhisthana

Tamasya ke Jogja kali ini diisi (seperti biasa) dengan leyeh leyeh, leyeh leyeh dan leyeh leyeh hahaha…well lots of walking actually, ke pantai di area Selatan, pergi cari kain Lurik, dan tentunya melihat-lihat rumah rumah dan bangunan tua di Jogja.

Mari kita mulai dari Kraton Yogyakarta…

Bincang Siang di Bale Roto
Bincang Siang di Bale Roto, Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat

Saya sudah beberapa kali ke Kraton Yogya, dan kali ini yang Saya lakukan hanya melihat-lihat dari luar dan area sekitar Kraton dengan tembok-tembok nya yang tebal dan tinggi, berbeda dengan tiap pergi ke Kraton, Saya mendatangi Kraton dengan tidak sengaja, berawal dari brunch makanan khas Yogyakarta yaitu brongkos di Warung Handayani di daerah Alun Alun Kidul kemudian dilanjutkan dengan jalan santai di area ini, pertama tentu saja melintasi dua beringin besar di Alun Alun Kidul ini, very beautiful banyan trees, ada beberapa orang yang sedang mencoba peruntungan untuk berjalan melintasi dua beringin besar ini dengan mata yang ditutup sehelai kain, ada juga yang memang berteduh saja disana dan tertawa-tawa memperhatikan mereka.

Alun Alun Kidul
Dua Beringin Besar di Alun Alun Kidul

Diseberang Alun Alun Kidul terdapat sebuah gedung besar bertuliskan Sasono Hinggil Dwi Abad bergaya Art Deco yang selalu ingin Saya masuki dan ternyata boleh dimasuki dengan bebas mungkin dikarenakan ada toilet umum disitu, gedung ini didirikan untuk memperingati Dwi Abad berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat (1756 – 1956).

Sekarang tempat ini dijadikan tempat untuk berbagai pertunjukkan bahkan tempat untuk rapat besar.

Sasono Hinggil Dwi Abad
Sasono Hinggil Dwi Abad

Di sisi kanan dan kiri Sasono Hinggil Dwi Abad ini terdapat jalan atau gang besar yang mengelilingi gedung, dan tepat di belakang gedung terdapat sebuah gerbang besar, pada waktu itu Saya dan teman sempat ragu untuk masuk, dikarenakan kita berpikir pasti itu area adalah area parkir, kemudian Saya melongok ke dalam dan di sebuah area yang besar tersebut terdapat sebuat pendapa ditengah-tengah terbuat dari kayu, dan disisi kiri terdapat tempat berlatih panahan.

Magnificent Gate connecting to Kraton from Alun Alun Kidul

Kemudian kami berjalan terus memasuki lapangan berpendapa ini sampai lah kami di gerbang selanjutnya, dan penghuni di lapangan ini yang ramah mempersilahkan untuk masuk ke gerbang ini jika kami ingin tau ada apa dibelakang benteng, dan ternyata ini adalah pintu belakang dari Kraton Yogya, knowing that this one is the back entrance, we literally have this gate for ourselves, there was nobody here except the inhabitants oh this area, and we just simply amazed with the structure, berjalan diantara tembok besar, membayangkan jaman dahulu ketika kerajaan ini berjaya, sangat indah.

Dari tembok besar itu tibalah kami di sebuah area dimana terdapat beberapa orang Abdi Dalem yang sedang membuat gunungan untuk Garebeg Besar keesokan harinya tanggal 2 September dalam rangka Idul Adha, di area ini kembali terdapat sebuah pendapa dalam ukuran sedang, yang sepertinya digunakan untuk kegiatan bakti jika ada upacara, di kiri ada jalan yang menuju ke area publik juga terdapat restoran yang bernama Bale Raos, setelah pendapat tersebut terdapat pohon beringin lebat yang membuat area ini terlihat adem dan teduh, disitu pula terdapat gerbang lain dan juga tempat istirahat para Abdi Dalem Kraton, gerbang ini dinamakan Bale Roto, gerbang bagian belakang dari Kraton Yogya, gerbang berwarna hitam ini dijaga oleh para Abdi Dalem, dan kami sempat berbincang dengan salah satu dari mereka dan bertanya tentang tulisan yang tertera di atas gerbang ini, Bale Roto.

082
Abdi Dalem Kraton di Bale Roto

Menyenangkan sekali beristirahat dan menikmati area Bale Roto ini, sepi, adem dan nampak sangat indah walaupun sederhana karena tidak semegah pintu masuk utama Kraton.

#weekender #travel #traveling #travelgram #kratonyogya #yogya #yogyakarta #jogja #jogjakarta #indonesia #kraton #palace #palais #javanese #culture #budayajawa #hamengkubuwana #kasultananyogyakarta #sejarah #arsitektur #architecture #bangunanlama #heritage #saveheritage #design #historicalplace #historicarea