Blessing in disguise ceritanya, malam itu Saya bertolak dari Artotel Jogja untuk menemui sahabat di Oxen Free Bar di Sosrowijayan dengan ojek online…dapet Bapak yang nyetir motornya kayak kesurupan…plus pake motor manual…hajar sana sini…akhirnya Saya memutuskan untuk turun ditengah jalan…yeap literally in the middle of the street depan Stasiun Tugu…tapi ternyata gara-gara Bapak ini Saya jadi sempat jalan dan melihat beberapa bangunan tua di malam hari, matur nuwun Pak hahha
Stasiun Tugu Yogyakarta, didirkan pada tahun 1887 merupakan stasiun terpenting pada saat itu dan sampai sekarang…dahulu bentuknya tidak seperti sekarang ini, langgam arsitektur nya khas tahun 1800an akhir bergaya Neo Klasik, dengan baluster dan ornamen dekorasi klasik lainnya.
Stasiun Tugu diprakarsai oleh Staatspoorweg (SS) yang menghubungkan jalur dari Batavia dan Cilacap ke Yogyakarta, namun memang pada akhirnya Stasiun Tugu melayani 2 perusahaan jawatan kereta api Hindia Belanda saat itu yakni Staatspoorweg (SS) dan Nederlandsch Indisch Staatspoorweg Maatschappij.
Menurut catatan Stasiun Tugu banyak disinggahi oleh orang penting dibanding Stasiun Lempuyangan (1872) yang lebih dahulu berdiri, mulai dari Gubernur Jendral Hindia Belanda, Sultan Surakrata dan Presiden Soekarno.
Tahun 1920an Stasiun Tugu mengalami perubahan langgam yang signifikan yang bertahan sampai sekarang, Art Deco adalah langgam arsitektur yang paling kekinian pada saat itu, sehingga Staatspoorweg kemudian mengubah nya disesuaikan dengan trend yang ada, renovasi dilakukan dibawah F. Cousins kepala Bouwkundig Bureau milik SS (Blog Jejak Kolonial).
Ciri khas Art Deco dengan garis-garis lugas berulang, tipikal kaca patri yang juga bergaya geometris menghiasi fasad depan, yang menggembirakan adalah bawah baru-baru ini Stasiun Tugu mengalami restorasi, dan sudah dibuka kembali, semua detail masa lalu dipertegas, pencahyaan diatur sedemikian rupa sehingga menonjolkan detail arsitektural stasiun ini.
I would say, I was the happiest camper seeing this beautiful old building came to life again…cukup lama Saya bolak-balik keluar masuk stasiun ini hanya karena saya kagum dengan restorasi yang dilakukan…cukup rapi, penambahan beberapa hal baru seperti signage modern amat sangat tidak menggangu pemandangan bahkan sepertinya complimenting each other in a very good way.
Design bagian depan dibuat sanat simetris, kanan kiri memiliki detail yang sama, kaca patri menghiasi bukaan kecil di kanan kiri fasad depan, sekarang kaca patri tersebut disorot penerangan sehingga dari kejauhan sangat indah dilihat, diatsa jendela tersebut terdapat ventilasi terbuat dari susunan bata berongga khas masa lalu…
Bagian tengah adalha gerbang masuk ke stasiun, fasad depan dihiasi kembali dengan deretan kaca patri, simple and modern yet grand…ada 6 panel kaca patri disana memanjang tepat berada diatas kanopi beton dengan detail geometris berundak, naik ke atas sedikit terdapat jam dinding letaknya tepat ditengah, kembali detail geometris menghiasai kanan kiri jam tersebut, hal yang menyenangkan adalah deretan kaca patri tersebut sekarang disorot penerangan dari bagian dalam gedung sehingga kita bisa melihat warna-warni kaca patri dari luar dengan indah…well I might say it’s kinda romantic.
Bagian dalam gedung utama ini juga mengalami restorasi, lengkungan demi lengkungan beton di cat kembali, tata cahaya pun kembali diperbaiki, kesan yang tercipta adalah ruangan yang tinggi dan besar.
Jika diperhatikan di area dalam diantara ventilasi terdapat juga deretan kaca patri, mungkin akan lebih indah jika kaca patri ini di sorot lampu dari luar sehingga kita yang ada di dalam ruangan ini pun bisa menikmati warna-warni dari kaca patri tersebut, area luar dari gedung utama ini di kann kiri terdapta deretan kaca sama besar sebagai ventilasi sehingga udara tidak pengap, masih bisa dilihat bahwa kac ayang mereka gunakan masih kaca dari masa lalu…kaca buram bertekstur, sangat menyenangkan untuk dilihat.
Perjalanan ke arah Jalan Sosrowijayan Saya sempatkan mampir ke Grand Inna Malioboro, dulu namanya Grand Inna Garuda, di malam hari ternyata hotel ini sangat menyenangkan untuk dilihat, efek pencahayaan sangat berpengaruh, terutama meng-highlight deretan kaca patri nya yang indah.
Grand Inna Malioboro, hotel ini dahulu bernama Grand Hotel te Djokdja didirikan pada tahun 1911, dahulu kemungkinan memiliki langgam Art Nouveau, namun seiring dengan demam Art Deco kemudian tahun 1938 berubah bentuk menjadi Art Deco yang bertahna hingga saat ini.
Dan menurut catatan hotel ini berganti nama cukup sering, dimulai dengan Grand Hotel te Djokdja kemudian berubah menjadi Hotel Asahi di jaman Jepang, kemudian berubah lagi pada era kemerdekaan menjadi Hotel Merdeka, dibawah ini foto yang diambil oleh Charles Breijer pada masa setelah 1945, ketika hotel ini bernama Hotel Merdeka.
Malam itu Saya sangat menikmati cahaya penerangan yang keluar dari kaca patri baik di gedung utam amaupun gedung kanan dan kiri, pola khas Art Deco menghiasi jendela, bahkan kanopi pun terbuat dari kaca patri yang cukup njelimet, berwarna-warni seperti melihat lampu disco.
Di fasad bangunan utama yang merupakan area lobby kita bisa melihat ada banyak panel kaca patri disini, mulai dari yang polos hingga berwarna warni, sayang kanopi asli sepertinya dihilangkan dan diganti dengan portiko baru yang jauh lebih panjang untuk mengakomodir mobil yang drop off para tamu, seharusnya kanopi memiliki pola yang sama dengan kanopi yang berada di bangunan sayap kanan dan kiri.
Ternyata jalan malam menyusuri Jalan Malioboro yang sangat mainstream bagi turis lokal terutama ini menyenangkan, kabarnya satu bulan sekali Jalan Malioboro dikosongkan dari kendaraan dan pedagang kaki lima…Saya lupa setiap hari Jawa apa itu, dan kabarnya juga setelah renovasi trotoar sepanjang Jalan Malioboro ini selesai, kendaraan tidak diperkenankan masuk, hanya pejalan kaki saja yang diperbolehkan masuk kesini….INDAH!
#jogja #jogjakrata #yogya #yogyakarta #jalanmalioboro #wanderlust #travel #traveling #traveler #travelgram #travelblog #sejarah #history #heritage #saveheritage #cagrabudaya #bendacagrabudaya #bangunankolonial #dutcheastindies #hindiabelanda #arsitektur #architecture #oldbuilding #hotel #stasiuntugu #keretaapi #railwaystation #grandinnamalioboro