December 2017, Saya berkunjung ke sebuah tempat pembuatan batik bernama Batik Nyah Kiok. Berada di sebuah rumah tua bergaya khas Peranakan Lasem, batik ini sudah berproduksi sejak lama sekali, hanya membuat satu motif batik saja yakni motif batik Gunung Ringgit Pring dan dikerjakan oleh 7 perempuan saja.
Ketika masuk ke rumah tua dan teras belakang melalui gang disebelah kanan bangunan utama, kebetulan sekali keadaan sedang sepi, hanya Ibu Ibu pekerja Batik Nyah Kiok dan kami bertiga, there was a somehow poetic atmosphere when you entered this particular house and area, the smell of those wax, the cloths and of course batik. They were so quiet, no music, no chit chat only focus on their on part.
“Ibu kok sepi sekali, gak ada musik atau apa? Gak bosan Bu?” tanya Saya pada Ibu Ibu, dibalas dengan senyuman dan bahasa Jawa yang saya sendiripun mboten ngertos alias kurang mengerti, tapi kurang lebih seperti ini “Kadang kami mendengarkan Radio sambil bekerja!”
Kemudian Saya memberanikan diri untuk memutarkan lagu, sebuah lagu Perancis dari Edith Piaf, memecah keheningan siang itu…senang rasanya melihat Ibu Ibu ini tersenyum, sambil tangan dan pikirannya tetap pada kain-kain tersebut, saat itupun Saya kemudian mengambil salah satu kain dan berputar-putar bermain dengan Gunung Ringgit Pring, sontak disambut dengan tawa kecil Ibu Ibu ini, “Wah Saya senang sekali jadi ramai dan bisa tertawa-tawa!” begitu kira-kira reaksi dari Ibu Ibu ini.
Many of them has been work so many years, some can be 30 to 60 years of dedication, can you imagine everyday you come to the same place, doing the same thing over and over and over again for so many years…my judgmental mind commenting “Gosh must be be bored ya, making same motif for so many times so many years!”
Batik Nyah Kiok, amat sangat mempertahankan ke-khas-an dari warna Laseman, sedikit berbeda dengan rumah batik lainnya yang berusaha untuk mengikuti permintaan pasar, dihimpun dari berbagai sumber, ada warna-warna khas dari Batik Lasem ini yang tetap dipertahankan oleh Batik Nyah Kiok, abang getih pitik (merah darah ayam), biru tua, hijau dan warna cokelat.
8 bulan hingga 1 tahun pembuatan sehelai Batik Nyah Kiok ini, dedikasi yang luar biasa, dikarenakan hanya 7 perempuan hebat ini yang mengerjakan dari mulai menggambar, proses canting, nglorod, mencuci dan lainnya, bayangkan, sehelai kain selama kurang lebih setahun, a lifetime dedication!
Meraba helai kain Batik Nyah Kiok ini, takes you back to how hard it is the work they put into a single sheet of kain, the effort and times and the patient.
Membuat Saya berpikir kembali, dan sampai pada saat Saya ketika mencritakan kepada salah satau sahabat saya Wenni mengenai batik ini dan bagaimana Ibu Ibu ini bisa bertahan mengerjakan hal yang sama, over and over and over again for so many years…she told me “Mungkin, pekerjaan nya ini bukan hanya pekerjaan but also feeding their soul!”
Blessed you Ibu Ibu di Batik Nyah Kiok, your dedication to your work especially the existence of Batik, has taught me something…”To always find a job that feed your soul!” and I will for sure…Matur Nuwun Ibu once again!